Setelah kemarau panjang yang menghukum manusia sekian lama, tanah gersang, manusia kian mengeluh – bahang dan panas, akhirnya mala mini hujan turun selebat-lebatnya. Begitulah kekuasaan dan keadilan Allah s.w.t. kepada seluruh kehidupan manusia di alam yang sementara ini.
Dan setelah hamper tiga jam, air bagaikan dicurahkan dari atas langit, kahirnya malam yang kian dingin menjadi kian sunyi; tanpa jeritan sang kodok, tanpa bunyi apa-apa pun. Sunyi sesunyinya!
Dalam sunyi yang hening itu, Faezal sujud menemui Tuhannya, memohon agar cintanya pada Filzah tidak terus bertasbih!
Suatu munajat yang mendalam, dengan penuh insaf dan rasa kekerdilan jiwa, Faezah memohon kekerasan jiwa,memohon agar dikeringkan hatinya agar mampu untuk mengucapkan “Selamat tinggal, kuundurkan diri ini demi dirimu!”.
“Andai aku tidak sempat menghulur salam perpisahan, titipkanlah secebis doa kesejahteraan untukku, insan yang pernah menyayangimu. Relakanlah aku pergi menemui-Nya nanti dengan aman dan sentosa di sisi-Nya.”
Sesungguhnya kita hanyalah hamba Allah yang sangat lemah yang seahrusnya reda dengan ketentuan-Nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment